Sabtu, 04 Desember 2010

hunting foto dan bunuh diri

by : Risa Umari Y.A. at 7:24:00 PM
Kamis, 2 Desember 2010


PERHATIAN !! cerita ini udah dibumbui dengan imajinasi penulis. Kalau ada yang terlalu lebay atau kelihatannya janggal, itu hanya imajinasi saja. :) namun, ini adalah pengembangan dari cerita sehari-hari penulis. Terima kasih ;)

Kemaren, aku dan temanku, Iyin (belum minta ijin buat bawa-bawa namanya ke blog ini,hehe) udah bikin janji dengan seorang reporter koran di kota kami ini. Karena kemarin tanggal 1 Desember itu hari peringatan AIDS sedunia, makanya si mba reporter itu mau nyari bahan buat ngisi Koran Minggu dengan berita seputar remaja yang menyangkut pacaran.


Yups, pacaran. Kata ini pasti udah nggak asing lagi kan di antara kalian ? semua orang tahu, dan pasti sudah, sedang, atau akan melakukannya. Pacaran tuh sebenarnya kegiatan atau apa sih ? jujur, aku aja nggak ngerti sepenuhnya. Katanya sih, tujuannya itu buat memahami orang lain. Bener juga sih, pas aku pacaran, lebih bisa megenal orang lain dengan segala macam perbedaan dan persamaan.

Tapi, aku baru sadar. Memahami diri aku sendiri aja sulitnya minta ampun, gimana mau memahami orang lain. Makanya, sekarang aku masih memutuskan buat hidup sendiri dulu. Sendiri mungkin memang lebih baik kan ? dan juga nggak selamanya buruk, iya kan ? kalau mau jalan contohnya. Ajak aja semua teman-temanku. Ketawa bareng, senang baremg, iseng bareng, ngambek bareng, menangis bareng. Bahkan, kalau lagi tanggal tua, makannya juga bareng. Satu gelas dikeroyok rame-rame. Yah, pokoknya semua itu seru deh dengan teman. Walaupun Cuma makan nasi garem, tapi kalo bareng-bareng rasanya kayak makan Pizza Hut dari Itali langsung.

Tapi, nggak mungkin dong selamanya kita ini hidup endiri ? yups, kita juga butuh diberi perhatian dan kasih saying yang lebih dari seseorang. Dalam hal ini adalah pacar kita. Jadi, biarkanlah masa remajamu berjalan sebagaimana mestinya. Kalau kamu punya pacar ? boiarkanlah mengalir apa adanya. Asal kamu tahu norma dan kewajibanmu yaitu belajar.

Paling, kalau anak-anak SMA pacaran itu Cuma SMSan, telfonan, jalan bareng, yah masih dalam batas sebagaimana anak SMA lah. Ini sih menurut surveyku dengan Iyin ke temen-temen yang ada di sekolah. Tapi, sinetron-sinetron yang kurang baik juga membawa dampak yang sangat besar. Jadi, kita harus bisa menempatkan diri kita sebaik-baiknya, dan dalam batas kewajaran.

Tapi, jangan lewatkan masa remajamu dengan sia-sia. Pacaran sih boleh aja, tapi, tetep inget aturan yah. Karena, pacar nggak selalu ada bersama dengan kita. Dan, kita nggak tahu apa yang nanti akan terjadi di depan.

Sorenya, sekitar jam 3an kami ke sekolah, ngejemput teman kami yang cowok. Sebut saja Udi. Si mbaknya mau sore ini hunting foto buat ngisi Koran Minggu besok. Jadi, cerita fotonya tuh, ada seorang cowok yang ingin memberikan sekuntum bunga mawar merah, dalam cerita ini Udi kepada dua orang gadis. Dan, dia bingung mau ngasih bunga itu ke siapa, aku atau Iyin.

Terus, kami pergi bertiga sambil nunggu mbaknya di Istana Kuning. Tempat biasanya banyak anak nongkrong. Dan, pemandangannya juga bagus kok. Sambil mennggu, kami berfoto bersama. Aku pengen banget punya foto yang lain dari biasanya. Kami duduk di tangga yang kira-kira panjangnya 6 meter dan langsung menuju jalan raya. Aku kebelet banget punya foto unik, asyik, dan langka. Aku langsung naik ke pegangan tangga, mau duduk di pegangan tangga itu, terus kedua tanganku ngangkat sampe keteknya kelihatan.

Baru aku bercerita ke kedua temanku sambil memegang pegangan tangga itu, mereka berdua langsung jongkok di kakiku. Ngelus-ngelus sepatu sendalku. Iyin langsung nangis sekenceng-kencengnya sampe mau habis tissue satu kotak itu. Udi mah nangis, tapi dengan gay yang dibuat seperti orang habis kehilangan kucing kesayangannya. Dia nangis tapi mukanya malah tambah jelek banget. Aku nggak tega meliat mereka berdua seperti itu. Aku udah teriak bahwa aku nggak mau bunuh diri. Aku Cuma mau foto yang unik saja. Tapi, mereka nggak mau berhenti nagngisnya. Aku mengurungkan niatku untuk berfoto di pegangan tangga itu. Aku mengelus mereka berdua. Aku sempat berbincang sedikit dengan mereka. Inilah dialog antara kami :

Aku : *memandang sambil mengelus mereka dengan iba*

Iyin : *memandangku lebih miris lagi. Seakan percaya nggak percaya aku masih
idup*

Udi : *meringis nangis dengan mukanya yang membuatku merasa ingin ketawa guling-guling*

Iyin : “cha, kenapa kamu mau bunuh diri sih ?”

Udi : “iya cha. Kamu ka nada utang pulsa 30ribu. Jangan mati dulu dong sebelum kamu lunasi utang-utangmu !”

Aku : *meringis sambil mikir. Dasar, masa diungkitin dengan utang pulsa sih.* aku berteriak lagi, “siapaaa yang mau bunuh diriiii ?? aku Cuma mau bikin foto yang ekstrim tauuuukkk. Kenapa sih kalian sampai sesegukan gitu ?”

Udi : “kami itu takuutt” *sambil sesegukan* kami benerrrr-benerr takut kehilangann…. “ *nangis guling-guling lagi. Dan nggak sempat ngelanjutin ngomongnya*

Aku : *udah mulai GR karena ada juga yang peduli sama aku. Mereka bener-bener nggak mau kehilangan aku pasti. Aku mulai terharu. Meneteskan air mataku, keluar tulus dari dasar lubuk hatiku untuk menghargai perhatian dan kepedulian mereka kepadaku*

Iyin : *melanjutkan kata kata Udi yang terpotong* kamiii bener-bener takut kehilangan uang kami buat nyumbang kamu, kalau kamu nanti kenapa-napa”

aku : “?><:”+)%@!%&(////???=0*#!$&)+”:> sebenernya kejadian di atas, yang termasuk nangis-nangis dan keinginan berfoto ekstrim itu nggak bener sekali. Aku hanya ingin berkhayal gimana kalo seandainya sore itu kejadiannya seperti ini. Apakah aku masih dianggap sebagai teman yang ‘kecil’ itu ada ? maaf buat Iyin dan Udi yang telah terperangkap dalam kejadian imajinerku. Hahahahaaa :D <--

Jam 5an si mbak baru dating. Soalnya, mbaknya bingung nyari bunga mawar merah yang benar-benar segar. Dapetnya bunga palsu. Tapi, semoga cinta kita nggak palsu seperti bunga ini. *apa sih loe cha*

Mulai ambil ancang-ancang buat gaya berfoto. Si Udi dengan tampang yang jentel, megang bunga untuk diberikan ke aku dan Iyin. Bingung kan mau ngasih ke siapa ? kami berdua juga bingung dalam membuat wajah kami seolah-olah sangat ngarep banget dapet tuh bunga. *halah* yah, fotogenik apa enggak, setelah kami bertiga melakukan jepret beberapa kali, dan dengan gaya seadanya, akhirnya selesai juga. Tinggal foto sendiri-sendiri dengan megang tuh bunga mawar yang palsu. Semoga tidak penuh kepalsuan *opo meneh to cha cha*.

Setelah jepret-jepret, akhirnya selesai juga. Tapi, sebelum kami berpisah dan mungkin nggak ketemu dalam waktu yang dekat, *duileh* aku dan Iyin pesen kepada si mbak, “mbak, fotonya dipilih yang nggak bontoy yaaa!” (bontoy, nggak kurus : bahasa kasar dan kejamnya gendut. Ketawa ? puas loe ?)

Yah, selesai buat sore yang gokil ini. Habis itu, pengajian sampe jam setengah 8 malam. Sampe rumah jam 8an lah, trus males banget belajar kimia buat ujian besok. Dan memeutuskan buat bermimpi mengenai imajinasiku selanjutnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 04 Desember 2010

hunting foto dan bunuh diri

Diposting oleh Risa Umari Y.A. di 7:24:00 PM
Kamis, 2 Desember 2010


PERHATIAN !! cerita ini udah dibumbui dengan imajinasi penulis. Kalau ada yang terlalu lebay atau kelihatannya janggal, itu hanya imajinasi saja. :) namun, ini adalah pengembangan dari cerita sehari-hari penulis. Terima kasih ;)

Kemaren, aku dan temanku, Iyin (belum minta ijin buat bawa-bawa namanya ke blog ini,hehe) udah bikin janji dengan seorang reporter koran di kota kami ini. Karena kemarin tanggal 1 Desember itu hari peringatan AIDS sedunia, makanya si mba reporter itu mau nyari bahan buat ngisi Koran Minggu dengan berita seputar remaja yang menyangkut pacaran.


Yups, pacaran. Kata ini pasti udah nggak asing lagi kan di antara kalian ? semua orang tahu, dan pasti sudah, sedang, atau akan melakukannya. Pacaran tuh sebenarnya kegiatan atau apa sih ? jujur, aku aja nggak ngerti sepenuhnya. Katanya sih, tujuannya itu buat memahami orang lain. Bener juga sih, pas aku pacaran, lebih bisa megenal orang lain dengan segala macam perbedaan dan persamaan.

Tapi, aku baru sadar. Memahami diri aku sendiri aja sulitnya minta ampun, gimana mau memahami orang lain. Makanya, sekarang aku masih memutuskan buat hidup sendiri dulu. Sendiri mungkin memang lebih baik kan ? dan juga nggak selamanya buruk, iya kan ? kalau mau jalan contohnya. Ajak aja semua teman-temanku. Ketawa bareng, senang baremg, iseng bareng, ngambek bareng, menangis bareng. Bahkan, kalau lagi tanggal tua, makannya juga bareng. Satu gelas dikeroyok rame-rame. Yah, pokoknya semua itu seru deh dengan teman. Walaupun Cuma makan nasi garem, tapi kalo bareng-bareng rasanya kayak makan Pizza Hut dari Itali langsung.

Tapi, nggak mungkin dong selamanya kita ini hidup endiri ? yups, kita juga butuh diberi perhatian dan kasih saying yang lebih dari seseorang. Dalam hal ini adalah pacar kita. Jadi, biarkanlah masa remajamu berjalan sebagaimana mestinya. Kalau kamu punya pacar ? boiarkanlah mengalir apa adanya. Asal kamu tahu norma dan kewajibanmu yaitu belajar.

Paling, kalau anak-anak SMA pacaran itu Cuma SMSan, telfonan, jalan bareng, yah masih dalam batas sebagaimana anak SMA lah. Ini sih menurut surveyku dengan Iyin ke temen-temen yang ada di sekolah. Tapi, sinetron-sinetron yang kurang baik juga membawa dampak yang sangat besar. Jadi, kita harus bisa menempatkan diri kita sebaik-baiknya, dan dalam batas kewajaran.

Tapi, jangan lewatkan masa remajamu dengan sia-sia. Pacaran sih boleh aja, tapi, tetep inget aturan yah. Karena, pacar nggak selalu ada bersama dengan kita. Dan, kita nggak tahu apa yang nanti akan terjadi di depan.

Sorenya, sekitar jam 3an kami ke sekolah, ngejemput teman kami yang cowok. Sebut saja Udi. Si mbaknya mau sore ini hunting foto buat ngisi Koran Minggu besok. Jadi, cerita fotonya tuh, ada seorang cowok yang ingin memberikan sekuntum bunga mawar merah, dalam cerita ini Udi kepada dua orang gadis. Dan, dia bingung mau ngasih bunga itu ke siapa, aku atau Iyin.

Terus, kami pergi bertiga sambil nunggu mbaknya di Istana Kuning. Tempat biasanya banyak anak nongkrong. Dan, pemandangannya juga bagus kok. Sambil mennggu, kami berfoto bersama. Aku pengen banget punya foto yang lain dari biasanya. Kami duduk di tangga yang kira-kira panjangnya 6 meter dan langsung menuju jalan raya. Aku kebelet banget punya foto unik, asyik, dan langka. Aku langsung naik ke pegangan tangga, mau duduk di pegangan tangga itu, terus kedua tanganku ngangkat sampe keteknya kelihatan.

Baru aku bercerita ke kedua temanku sambil memegang pegangan tangga itu, mereka berdua langsung jongkok di kakiku. Ngelus-ngelus sepatu sendalku. Iyin langsung nangis sekenceng-kencengnya sampe mau habis tissue satu kotak itu. Udi mah nangis, tapi dengan gay yang dibuat seperti orang habis kehilangan kucing kesayangannya. Dia nangis tapi mukanya malah tambah jelek banget. Aku nggak tega meliat mereka berdua seperti itu. Aku udah teriak bahwa aku nggak mau bunuh diri. Aku Cuma mau foto yang unik saja. Tapi, mereka nggak mau berhenti nagngisnya. Aku mengurungkan niatku untuk berfoto di pegangan tangga itu. Aku mengelus mereka berdua. Aku sempat berbincang sedikit dengan mereka. Inilah dialog antara kami :

Aku : *memandang sambil mengelus mereka dengan iba*

Iyin : *memandangku lebih miris lagi. Seakan percaya nggak percaya aku masih
idup*

Udi : *meringis nangis dengan mukanya yang membuatku merasa ingin ketawa guling-guling*

Iyin : “cha, kenapa kamu mau bunuh diri sih ?”

Udi : “iya cha. Kamu ka nada utang pulsa 30ribu. Jangan mati dulu dong sebelum kamu lunasi utang-utangmu !”

Aku : *meringis sambil mikir. Dasar, masa diungkitin dengan utang pulsa sih.* aku berteriak lagi, “siapaaa yang mau bunuh diriiii ?? aku Cuma mau bikin foto yang ekstrim tauuuukkk. Kenapa sih kalian sampai sesegukan gitu ?”

Udi : “kami itu takuutt” *sambil sesegukan* kami benerrrr-benerr takut kehilangann…. “ *nangis guling-guling lagi. Dan nggak sempat ngelanjutin ngomongnya*

Aku : *udah mulai GR karena ada juga yang peduli sama aku. Mereka bener-bener nggak mau kehilangan aku pasti. Aku mulai terharu. Meneteskan air mataku, keluar tulus dari dasar lubuk hatiku untuk menghargai perhatian dan kepedulian mereka kepadaku*

Iyin : *melanjutkan kata kata Udi yang terpotong* kamiii bener-bener takut kehilangan uang kami buat nyumbang kamu, kalau kamu nanti kenapa-napa”

aku : “?><:”+)%@!%&(////???=0*#!$&)+”:> sebenernya kejadian di atas, yang termasuk nangis-nangis dan keinginan berfoto ekstrim itu nggak bener sekali. Aku hanya ingin berkhayal gimana kalo seandainya sore itu kejadiannya seperti ini. Apakah aku masih dianggap sebagai teman yang ‘kecil’ itu ada ? maaf buat Iyin dan Udi yang telah terperangkap dalam kejadian imajinerku. Hahahahaaa :D <--

Jam 5an si mbak baru dating. Soalnya, mbaknya bingung nyari bunga mawar merah yang benar-benar segar. Dapetnya bunga palsu. Tapi, semoga cinta kita nggak palsu seperti bunga ini. *apa sih loe cha*

Mulai ambil ancang-ancang buat gaya berfoto. Si Udi dengan tampang yang jentel, megang bunga untuk diberikan ke aku dan Iyin. Bingung kan mau ngasih ke siapa ? kami berdua juga bingung dalam membuat wajah kami seolah-olah sangat ngarep banget dapet tuh bunga. *halah* yah, fotogenik apa enggak, setelah kami bertiga melakukan jepret beberapa kali, dan dengan gaya seadanya, akhirnya selesai juga. Tinggal foto sendiri-sendiri dengan megang tuh bunga mawar yang palsu. Semoga tidak penuh kepalsuan *opo meneh to cha cha*.

Setelah jepret-jepret, akhirnya selesai juga. Tapi, sebelum kami berpisah dan mungkin nggak ketemu dalam waktu yang dekat, *duileh* aku dan Iyin pesen kepada si mbak, “mbak, fotonya dipilih yang nggak bontoy yaaa!” (bontoy, nggak kurus : bahasa kasar dan kejamnya gendut. Ketawa ? puas loe ?)

Yah, selesai buat sore yang gokil ini. Habis itu, pengajian sampe jam setengah 8 malam. Sampe rumah jam 8an lah, trus males banget belajar kimia buat ujian besok. Dan memeutuskan buat bermimpi mengenai imajinasiku selanjutnya.

0 komentar on "hunting foto dan bunuh diri"

Posting Komentar


 

Secangkir Capuccinno Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea