Minggu, 19 Juni 2011

Roket atau Lari ?

by : Risa Umari Y.A. at 10:57:00 AM 0 komentar
Apakah selamanya usaha dan doa itu membuat seseorang menjadi beruntung ? Mungkin tidak, tidak semuanya begitu. Ada faktor lain yang menjadikan hal itu mungkin tak berlaku. Ya, keberuntungan. Aku masih tak tahu bagaimana cara mendapatkan keberuntungan itu ? tak tahu bagaimana cara bersahabat dengannya.

            Mungkin kau pernah mengalami hal yang sama dengan diriku. Saat harapan, impian, cita, dan keinginanmu putus. Ya, itu sangat perih dan menyakitkan. Ini telah terjadi padaku berkali-kali. Mungkinkah aku bukan termasuk orang yang beruntung ?

            Saat kita telah melangkah dengan pasti, nantap untuk meraih cita-cita yang tergantung di sisi setiap bintang di langit, dengan kekuatan, dan pikiran kita meraihnya. Dengan perlahan, pasti, tenang. Mungkin mendapatkannya harus dalam waktu lama dan tekun.

            Aku telah mengisi peluru senapanku ini sejak lama. Menyiapkan mental, pikiran, dan segalanya.

            Saat aku berusaha meraih cita di bintang-bintang itu dengan usahaku, mungkin aku tahu ada cara lain yang lebih mudah untuk mengambilnya. Ya, seperti menggunakan pesawat luar angkasa atau roket. Kita tinggal duduk, dan pesawat itu mampu membawa kita untuk mengambil cita di sisi-sisi bintang-bintang itu.

            Aku juga mau dan mampu menggunakan roket itu, begitu mudah dan nyaman. Namun, aku harus melewati proses berlari menuju bintang itu. Dengan sekuat tenaga aku berjuang untung mengambil cita di sisi bintang itu. Begitu melelahkan.

            Aku berusaha menghibur diriku sendiri, ayo kita pasti bisa ! tak usah kau pikirkan apakah kau mampu menggapai bintang itu atau tidak ? Yang terpenting aku dapat berlari dengan baik menuju langit.

            Dengan keringat dan air mata aku berlari melewati lapisan-lapisan langit itu, individu lain menggunakan pesawat jet atau roket, tanpa menyiapkan senjata, mental, pikiran, ataupun kesehatan sepertiku.

            “Bluuuukkk !” aku terjatuh dari langit. Begitu sakit. Langit setinggi itu dan hampir aku menguasainya telah tak ada lagi. Telah berubah menjadi kerikil tajam yang harus aku lalui agar aku dapat pulang ke rumah kembali.

            Mereka yang menaiki roket maupun pesawat jet dengan mudah membawa bintang itu dengan senyuman di depan rumahnya. Sementara aku ? Masih berjalan terseok-seok dengan darah, keringat, dan air mata. Membawa keputusasaan dan kehampaan cita.

http://risaumari.blogspot.com

Roket atau Lari ?

by : Risa Umari Y.A. at 10:57:00 AM 0 komentar
Apakah selamanya usaha dan doa itu membuat seseorang menjadi beruntung ? Mungkin tidak, tidak semuanya begitu. Ada faktor lain yang menjadikan hal itu mungkin tak berlaku. Ya, keberuntungan. Aku masih tak tahu bagaimana cara mendapatkan keberuntungan itu ? tak tahu bagaimana cara bersahabat dengannya.

            Mungkin kau pernah mengalami hal yang sama dengan diriku. Saat harapan, impian, cita, dan keinginanmu putus. Ya, itu sangat perih dan menyakitkan. Ini telah terjadi padaku berkali-kali. Mungkinkah aku bukan termasuk orang yang beruntung ?

            Saat kita telah melangkah dengan pasti, nantap untuk meraih cita-cita yang tergantung di sisi setiap bintang di langit, dengan kekuatan, dan pikiran kita meraihnya. Dengan perlahan, pasti, tenang. Mungkin mendapatkannya harus dalam waktu lama dan tekun.

            Aku telah mengisi peluru senapanku ini sejak lama. Menyiapkan mental, pikiran, dan segalanya.

            Saat aku berusaha meraih cita di bintang-bintang itu dengan usahaku, mungkin aku tahu ada cara lain yang lebih mudah untuk mengambilnya. Ya, seperti menggunakan pesawat luar angkasa atau roket. Kita tinggal duduk, dan pesawat itu mampu membawa kita untuk mengambil cita di sisi-sisi bintang-bintang itu.

            Aku juga mau dan mampu menggunakan roket itu, begitu mudah dan nyaman. Namun, aku harus melewati proses berlari menuju bintang itu. Dengan sekuat tenaga aku berjuang untung mengambil cita di sisi bintang itu. Begitu melelahkan.

            Aku berusaha menghibur diriku sendiri, ayo kita pasti bisa ! tak usah kau pikirkan apakah kau mampu menggapai bintang itu atau tidak ? Yang terpenting aku dapat berlari dengan baik menuju langit.

            Dengan keringat dan air mata aku berlari melewati lapisan-lapisan langit itu, individu lain menggunakan pesawat jet atau roket, tanpa menyiapkan senjata, mental, pikiran, ataupun kesehatan sepertiku.

            “Bluuuukkk !” aku terjatuh dari langit. Begitu sakit. Langit setinggi itu dan hampir aku menguasainya telah tak ada lagi. Telah berubah menjadi kerikil tajam yang harus aku lalui agar aku dapat pulang ke rumah kembali.

            Mereka yang menaiki roket maupun pesawat jet dengan mudah membawa bintang itu dengan senyuman di depan rumahnya. Sementara aku ? Masih berjalan terseok-seok dengan darah, keringat, dan air mata. Membawa keputusasaan dan kehampaan cita.

http://risaumari.blogspot.com

Debu, Jadilah Awan !

by : Risa Umari Y.A. at 10:50:00 AM 0 komentar
Merendahkan diri dan menjadi seseorang yang kerdil di depanNya. Menundukkan kepala dan tersungkur tak berdaya di hadapanNya. Agar Ia tau kemelut apa yang sedang aku rasakan, agar Dia mengerti apa yang aku mau. Dan yang terpenting mengabulkan apa yang kupinta.

Setiap Dia berseru memanggilku, untuk mengabdi dan bersujud padanya aku rasa aku termasuk orang yang tak suka mengulur-ulurkan perjumpaan itu. Saat semua orang terlelap dan terjaga kusempatkan beberapa menit untuk mengobrol denganNya. Walaupun hanya menceritakan kegelisahan apa yang sedang aku miliki. Dia tak menjawab, mungkin belum. Namun Dia pasti mendengarkan apa yang aku minta.

Entah mengapa aku bisa meyakinkan diriku sendiri bahwa Ia akan mendengarkan dan mengabulkanku. Aku telah banyak meminta dan mengeluh. Namun, pernahkah aku menghitung berapa banyak keindahan yang kudapatkan ? Kebahagiaan ? Tertawa ? senyum ? atau beberapa lainnya.

Mungkin karena aku tak pernah menghitung dan ingat tentangNya aku menjadi seseorang yang berdebu. Yang hilang disapu kerasnya angin dan kendaraan yang melaju cepat. Tak ada yang mengatakan bahwa debu itu bermanfaat dan membawa kebahagiaan.

Hukuman bagi debu yang awalnya adalah rumput hijau yang selalu membawa keindahan. Tak terhitung berapa banyak dan apa saja yang ia dapatkan. Ia tak pernah mau menceritakan kebahagiaannya itu pada Dia. Ia selalu menitikkan dan merengek tiap kali berjumpa denganNya. Selalu mengeluh. Ya, tempat dosa, salah, dan penyesalan.

Mungkin debu itu bisa menjadi kumpulan awan di langit yang menjadikannya hujan. Perlu kerja keras dan keringat untuk berkumpul di atas langit sana. Menjadi kumpulan awan yang menyejukkan saat matahari terik, berawarna putih yang menandakan kesucian, dan turun bersama air hujan yang membawa berita gembira pada semua orang. Debuuu, ayolah kita menjadi Awan !

http://risaumari.blogspot.com

Luthfie Bigbro

by : Risa Umari Y.A. at 10:41:00 AM 0 komentar
JAKARTA - Atas permintaan pemirsa dan Pihak Kepolisian, didukung bukti-bukti yang kuat, PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) terpaksa mendiskualifikasi salah satu peserta Big Brother Indonesia, Luthfie Fahlevy Siahaan alias Boris Erwin Putra Simbolon (24), malam tadi (18/06). Hal ini membuat pemirsa dan peserta BigBrother yang masih bertahan tercengang.
“Akhirnya, kami harus mendiskualifikasi salah satu housemate (sebutan untuk kontestan) BigBrother, atas permintaan pihak berwajib,” ujar Sarah Sechan yang memandu acara ini dengan nada lantang dan tegas dihadapan seluruh pemirsa. Sebelum beranjak dari rumah BigBrother, Luthfie dan para housemates lain ditunjukkan sebuah video di ruang tengah hasil penelusuran Tim BigBrother Indonesia atas kebohongan Luthfie. Ia tercengang setelah membuktikan bahwa kebohongannya terkuak.

Minggu, 19 Juni 2011

Roket atau Lari ?

Diposting oleh Risa Umari Y.A. di 10:57:00 AM 0 komentar
Apakah selamanya usaha dan doa itu membuat seseorang menjadi beruntung ? Mungkin tidak, tidak semuanya begitu. Ada faktor lain yang menjadikan hal itu mungkin tak berlaku. Ya, keberuntungan. Aku masih tak tahu bagaimana cara mendapatkan keberuntungan itu ? tak tahu bagaimana cara bersahabat dengannya.

            Mungkin kau pernah mengalami hal yang sama dengan diriku. Saat harapan, impian, cita, dan keinginanmu putus. Ya, itu sangat perih dan menyakitkan. Ini telah terjadi padaku berkali-kali. Mungkinkah aku bukan termasuk orang yang beruntung ?

            Saat kita telah melangkah dengan pasti, nantap untuk meraih cita-cita yang tergantung di sisi setiap bintang di langit, dengan kekuatan, dan pikiran kita meraihnya. Dengan perlahan, pasti, tenang. Mungkin mendapatkannya harus dalam waktu lama dan tekun.

            Aku telah mengisi peluru senapanku ini sejak lama. Menyiapkan mental, pikiran, dan segalanya.

            Saat aku berusaha meraih cita di bintang-bintang itu dengan usahaku, mungkin aku tahu ada cara lain yang lebih mudah untuk mengambilnya. Ya, seperti menggunakan pesawat luar angkasa atau roket. Kita tinggal duduk, dan pesawat itu mampu membawa kita untuk mengambil cita di sisi-sisi bintang-bintang itu.

            Aku juga mau dan mampu menggunakan roket itu, begitu mudah dan nyaman. Namun, aku harus melewati proses berlari menuju bintang itu. Dengan sekuat tenaga aku berjuang untung mengambil cita di sisi bintang itu. Begitu melelahkan.

            Aku berusaha menghibur diriku sendiri, ayo kita pasti bisa ! tak usah kau pikirkan apakah kau mampu menggapai bintang itu atau tidak ? Yang terpenting aku dapat berlari dengan baik menuju langit.

            Dengan keringat dan air mata aku berlari melewati lapisan-lapisan langit itu, individu lain menggunakan pesawat jet atau roket, tanpa menyiapkan senjata, mental, pikiran, ataupun kesehatan sepertiku.

            “Bluuuukkk !” aku terjatuh dari langit. Begitu sakit. Langit setinggi itu dan hampir aku menguasainya telah tak ada lagi. Telah berubah menjadi kerikil tajam yang harus aku lalui agar aku dapat pulang ke rumah kembali.

            Mereka yang menaiki roket maupun pesawat jet dengan mudah membawa bintang itu dengan senyuman di depan rumahnya. Sementara aku ? Masih berjalan terseok-seok dengan darah, keringat, dan air mata. Membawa keputusasaan dan kehampaan cita.

http://risaumari.blogspot.com

Roket atau Lari ?

Diposting oleh Risa Umari Y.A. di 10:57:00 AM 0 komentar
Apakah selamanya usaha dan doa itu membuat seseorang menjadi beruntung ? Mungkin tidak, tidak semuanya begitu. Ada faktor lain yang menjadikan hal itu mungkin tak berlaku. Ya, keberuntungan. Aku masih tak tahu bagaimana cara mendapatkan keberuntungan itu ? tak tahu bagaimana cara bersahabat dengannya.

            Mungkin kau pernah mengalami hal yang sama dengan diriku. Saat harapan, impian, cita, dan keinginanmu putus. Ya, itu sangat perih dan menyakitkan. Ini telah terjadi padaku berkali-kali. Mungkinkah aku bukan termasuk orang yang beruntung ?

            Saat kita telah melangkah dengan pasti, nantap untuk meraih cita-cita yang tergantung di sisi setiap bintang di langit, dengan kekuatan, dan pikiran kita meraihnya. Dengan perlahan, pasti, tenang. Mungkin mendapatkannya harus dalam waktu lama dan tekun.

            Aku telah mengisi peluru senapanku ini sejak lama. Menyiapkan mental, pikiran, dan segalanya.

            Saat aku berusaha meraih cita di bintang-bintang itu dengan usahaku, mungkin aku tahu ada cara lain yang lebih mudah untuk mengambilnya. Ya, seperti menggunakan pesawat luar angkasa atau roket. Kita tinggal duduk, dan pesawat itu mampu membawa kita untuk mengambil cita di sisi-sisi bintang-bintang itu.

            Aku juga mau dan mampu menggunakan roket itu, begitu mudah dan nyaman. Namun, aku harus melewati proses berlari menuju bintang itu. Dengan sekuat tenaga aku berjuang untung mengambil cita di sisi bintang itu. Begitu melelahkan.

            Aku berusaha menghibur diriku sendiri, ayo kita pasti bisa ! tak usah kau pikirkan apakah kau mampu menggapai bintang itu atau tidak ? Yang terpenting aku dapat berlari dengan baik menuju langit.

            Dengan keringat dan air mata aku berlari melewati lapisan-lapisan langit itu, individu lain menggunakan pesawat jet atau roket, tanpa menyiapkan senjata, mental, pikiran, ataupun kesehatan sepertiku.

            “Bluuuukkk !” aku terjatuh dari langit. Begitu sakit. Langit setinggi itu dan hampir aku menguasainya telah tak ada lagi. Telah berubah menjadi kerikil tajam yang harus aku lalui agar aku dapat pulang ke rumah kembali.

            Mereka yang menaiki roket maupun pesawat jet dengan mudah membawa bintang itu dengan senyuman di depan rumahnya. Sementara aku ? Masih berjalan terseok-seok dengan darah, keringat, dan air mata. Membawa keputusasaan dan kehampaan cita.

http://risaumari.blogspot.com

Debu, Jadilah Awan !

Diposting oleh Risa Umari Y.A. di 10:50:00 AM 0 komentar
Merendahkan diri dan menjadi seseorang yang kerdil di depanNya. Menundukkan kepala dan tersungkur tak berdaya di hadapanNya. Agar Ia tau kemelut apa yang sedang aku rasakan, agar Dia mengerti apa yang aku mau. Dan yang terpenting mengabulkan apa yang kupinta.

Setiap Dia berseru memanggilku, untuk mengabdi dan bersujud padanya aku rasa aku termasuk orang yang tak suka mengulur-ulurkan perjumpaan itu. Saat semua orang terlelap dan terjaga kusempatkan beberapa menit untuk mengobrol denganNya. Walaupun hanya menceritakan kegelisahan apa yang sedang aku miliki. Dia tak menjawab, mungkin belum. Namun Dia pasti mendengarkan apa yang aku minta.

Entah mengapa aku bisa meyakinkan diriku sendiri bahwa Ia akan mendengarkan dan mengabulkanku. Aku telah banyak meminta dan mengeluh. Namun, pernahkah aku menghitung berapa banyak keindahan yang kudapatkan ? Kebahagiaan ? Tertawa ? senyum ? atau beberapa lainnya.

Mungkin karena aku tak pernah menghitung dan ingat tentangNya aku menjadi seseorang yang berdebu. Yang hilang disapu kerasnya angin dan kendaraan yang melaju cepat. Tak ada yang mengatakan bahwa debu itu bermanfaat dan membawa kebahagiaan.

Hukuman bagi debu yang awalnya adalah rumput hijau yang selalu membawa keindahan. Tak terhitung berapa banyak dan apa saja yang ia dapatkan. Ia tak pernah mau menceritakan kebahagiaannya itu pada Dia. Ia selalu menitikkan dan merengek tiap kali berjumpa denganNya. Selalu mengeluh. Ya, tempat dosa, salah, dan penyesalan.

Mungkin debu itu bisa menjadi kumpulan awan di langit yang menjadikannya hujan. Perlu kerja keras dan keringat untuk berkumpul di atas langit sana. Menjadi kumpulan awan yang menyejukkan saat matahari terik, berawarna putih yang menandakan kesucian, dan turun bersama air hujan yang membawa berita gembira pada semua orang. Debuuu, ayolah kita menjadi Awan !

http://risaumari.blogspot.com

Luthfie Bigbro

Diposting oleh Risa Umari Y.A. di 10:41:00 AM 0 komentar
JAKARTA - Atas permintaan pemirsa dan Pihak Kepolisian, didukung bukti-bukti yang kuat, PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) terpaksa mendiskualifikasi salah satu peserta Big Brother Indonesia, Luthfie Fahlevy Siahaan alias Boris Erwin Putra Simbolon (24), malam tadi (18/06). Hal ini membuat pemirsa dan peserta BigBrother yang masih bertahan tercengang.
“Akhirnya, kami harus mendiskualifikasi salah satu housemate (sebutan untuk kontestan) BigBrother, atas permintaan pihak berwajib,” ujar Sarah Sechan yang memandu acara ini dengan nada lantang dan tegas dihadapan seluruh pemirsa. Sebelum beranjak dari rumah BigBrother, Luthfie dan para housemates lain ditunjukkan sebuah video di ruang tengah hasil penelusuran Tim BigBrother Indonesia atas kebohongan Luthfie. Ia tercengang setelah membuktikan bahwa kebohongannya terkuak.

 

Secangkir Capuccinno Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea