Rabu, 27 Juni 2012

Mimpi dan Impian

by : Risa Umari Y.A. at 7:33:00 PM 0 komentar
“Tuliskan sebanyak mungkin apa yang menjadi cita-citamu selama ini. Niscaya Allah akan mengabulkannya.”

Aku sangat percaya pada kalimat ini. Sejak pertama membacanya, aku merenung. memikirkan apakah kalimat ini benar adanya atau tidak. kumulai coba dan meyakinkan diri. saat itu sedang gencar-gencarnya memilih PTS. istilahnya sebagai "cadangan" apabila nanti kita tidak lulus dalam PTN yang kita inginkan. aku sudah sejak lama mengincar PTS ini. apalagi akreditas dari prodi yang ditawarkan adalah A. tak kalah dengan PTN impianku.

aku mulai coba browsing dan bertanya banyak hal tentang prodi yang kuminati, yaitu farmasi. saat tour universitas akhir tahun lalu aku merasa bangga bisa menjajakkan kaki di calon universitas impianklu. Universitas Ahmad Dahlan (UAD). aku sangat bahagia saat sesi tanya jawab. aku diberi kesempatan langsung untuk bertanya seputar kampus tersebut. dan, narasumber yang menjawab adalah Pak Deddy yang notabene adalah dosen di fakultas farmasi.

dengan semangat '45 aku mulai menyiapkan berkas dan berbagai keperluan lainnya di awal tahun 2012. setelah melakukan penyusunan berkas selama kurang lebih seminggu akhirnya berkas itu dikirmkan. saat kitu hatiku benar-benar kalut. apakah aku akan ditolak oleh universitas yang aku impikan ini?

sebelumnya aku juga telah diterima dan telah membayar SPP di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFAR), Semarang. sebagai bentuk jaga-jaga juga apabila di UAD ini tidak diterima. karena aku pikir UAD dengan farmasi berakreditas A pasti susah untuk menembusnya. karena orang seluruh Indonesia berlomba-lomba untuk masuk ke sana.

kekalutanku itu berlanjut karena pada bulan Maret akan diadakan UN dan di sekitar hari-hari UN itu diumumkan PMDK Yudisium UAD. aku juga bingung apa maksudnya yudisium itu. ah, intinya itu pengumumannya paling lama. hanya prodi farmasi saja yang menggunakan PMDK Yudisium dan menunggunya lama sekali.

aku menggantung kalender dari UAD itu tepat di depan tempat tidurku. tak ada alasan lain selain kalimat di atas. setiap aku hendak menutup mata atau baru saja membuka mata, aku selalu teringat dirinya. aku berdoa pada Allah agar tempat ini mau menerimaku.

setelah kekalutan dan penggalauan yang berkepanjangan, akhirnya hari yang ditunggu datang juga. internet di rumahku saat-saat penting dan genting seperti ini malah tak mau mendukung sama sekali. ngajak ributlah bahasa gawulnya. aku keringat dingin, dan tiba-tiba sakit perut.

di rumah nggak ada orang sama sekali. akhirnya aku memutuskan untuk pergi mencari warnet terdekat. setelah berkeliling selama setengah jam, akhirnya aku tidak berhasil menemukan warnet yang buka. ada plang besar bertuliskan "WARNET" namun ternyata hanya melayani pencucian helem saja -,-*

akhirnya aku mendapatkan warnet yang tepat dan segera membuka web UAD. dan hasilnya adalah jeng jeng . . .
AKU LOLOS PMDK Yudisium Prodi Farmasi.

oke, dan sekarang aku mulai menuliskan apa-apa yang aku inginkan saat ini :
-Lolos SNMPTN Utul UGM jurusan Farmasi
-Jadi penulis terkenal. istilahnya aku kuliah sambil menularkan hobi dan mungkin bakat menulis hohoho.
-Semoga cepat terbit calon buku-buku lainnya
-menjadi apoteker dan penulis dunia akherat
-bisa ngajak emak sama babe naik haji
-bisa jadi orang kaya yang punya banyak apotek dan rumah-rumah sehat lainnya
-menjadi blogger yang terkenal
-impian lain yang mungkin masih ada dalam imajinasiku yang akan terus berkembang pesat

-http://risaumari.blogspot.com-

Senin, 25 Juni 2012

Kerinduan yang Kian Membeku

by : Risa Umari Y.A. at 5:17:00 PM 0 komentar

                Bukan keinginanku untuk kembali dalam perputaran waktu yang sama. Berjuta putaran jam tak mampu menghapuskan serpihan kenangan yang masih saja terpatri kuat di hatiku yang mulai layu. Mungkin takdir yang kembali menyatukan kita. Mungkin takdir yang membuat serpihan itu kembali utuh. Mungkin ini semua hanya permainan takdir.
                Pernah beberapa kali kucoba untuk membuka hati yang hampa. Kucoba memasukkan sosok pria baru dalam relung hatiku. Mencoba menggeser tahta dirimu yang masih saja menggelayuti langit hatiku. Namun mereka semua tak mampu menggeser tahtamu. Kau masih saja duduk manis dalam singgasana hatiku. Padahal telah kuusir dengan keras agar kau pergi dan tak lagi menyentuh hati ini.
                Kutuliskan di beberapa kertas di binderku bahwa aku tak akan pernah ingin bertemu denganmu, mengenalmu, mengingatmu, dan mencintaimu lagi. Kenangan lalu selalu membuatku sakit. Kenangan lalu selalu membuat kepalaku nyeri dan pipiku kembali basah.
                Namun waktu mampu hapus semua duka itu. Saat kau kembali menyapa hati ini –yang masih tak bisa mengusirmu- dengan sapaan yang sangat lama kuinginkan. Kau kembali menyentuh lembut perasaanku. Kau kembali mencuri hatiku. Aku merasa aku telah mengkhianati diriku sendiri. Bahwasannya aku pernah berjanji untuk tak lagi pernah membuka hatiku untuk kembali menerimamu.    
Aku ingin segera bertemu denganmu. Berbagi duka di  bahu hangatmu. Dan bersandar di dadamu yang bidang. Aku ingin kita kembali bersama merajut mimpi di atas senja. Agar saat segerombolan burung melintas, ia dapat membawa mimpi-mimpi kita terbang melintasi nirwana. Aku ingin kau selalu bersamaku, di sampingku, memelukku erat, hingga mentari kembali menyengat tubuhku yang beku.
                Tapi waktu begitu cepat menutup kemesraan ini. Hatiku yang sempat mencair kini kembali dingin. Aku menitikkan air mata. Kau dengan pasti melangkahkan kaki beratmu menjauhiku.
                “Sayang, tenanglah! Aku akan kembali,” katamu sambil mencium keningku.
                “Percayalah setiap depa yang memisahkan kita, setiap detik yang menjadi halangan bagi kita, itu memiliki makna bahwa cintaku untukmu sebesar seratus kali dari itu semua. Aku begitu menyayangimu. Yakinlah aku akan kembali untukmu. Bersabarlah di sini untuk selalu setia menungguku.”
                Aku tak percaya. Pria berkulit eksotis ini kini benar-benar meninggalkanku dalam keheningan malam. Mendung mala mini mendukung air mataku yang sedari tadi mengucur deras. Aku kembali merasakan sepi. Sepi yang dulu sempat kurasakan ketika harus berpisah juga dengannya.
                Dia kembali memelukku. Erat. Sangat erat. Desahan nafasnya membuatku sedikit tenang. Jariku mencakar punggungnya erat. Menahan kepedihan dan rasa rindu yang belum terbalaskan utuh. Jariku kaku.
                Dia berbalik. Meninggalkanku yang masih saja terpaku dengan kepergiannya. Kutatap punggungnya yang semakin menjauh. Jauh. Jauh. Dan hilang. Pergilah untuk meraih apa yang kau citakan dan merengkuh takdirmu. Aku akan menunggumu di sini. Aku tak akan pernah beranjak dari tempat penantian ini. Kembalilah dengan pengharapan yang tak pernah putus. Karena tak ada alasan bagiku untuk terus mencintaimu. Apalagi untuk meninggalkanmu sendiri dengan sejuta harap.

Yogyakarta, 17 Juni 2012
Risa Umari Yuli Aliviyanti – dalam kerinduan yang kian membeku

Rabu, 27 Juni 2012

Mimpi dan Impian

Diposting oleh Risa Umari Y.A. di 7:33:00 PM 0 komentar
“Tuliskan sebanyak mungkin apa yang menjadi cita-citamu selama ini. Niscaya Allah akan mengabulkannya.”

Aku sangat percaya pada kalimat ini. Sejak pertama membacanya, aku merenung. memikirkan apakah kalimat ini benar adanya atau tidak. kumulai coba dan meyakinkan diri. saat itu sedang gencar-gencarnya memilih PTS. istilahnya sebagai "cadangan" apabila nanti kita tidak lulus dalam PTN yang kita inginkan. aku sudah sejak lama mengincar PTS ini. apalagi akreditas dari prodi yang ditawarkan adalah A. tak kalah dengan PTN impianku.

aku mulai coba browsing dan bertanya banyak hal tentang prodi yang kuminati, yaitu farmasi. saat tour universitas akhir tahun lalu aku merasa bangga bisa menjajakkan kaki di calon universitas impianklu. Universitas Ahmad Dahlan (UAD). aku sangat bahagia saat sesi tanya jawab. aku diberi kesempatan langsung untuk bertanya seputar kampus tersebut. dan, narasumber yang menjawab adalah Pak Deddy yang notabene adalah dosen di fakultas farmasi.

dengan semangat '45 aku mulai menyiapkan berkas dan berbagai keperluan lainnya di awal tahun 2012. setelah melakukan penyusunan berkas selama kurang lebih seminggu akhirnya berkas itu dikirmkan. saat kitu hatiku benar-benar kalut. apakah aku akan ditolak oleh universitas yang aku impikan ini?

sebelumnya aku juga telah diterima dan telah membayar SPP di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFAR), Semarang. sebagai bentuk jaga-jaga juga apabila di UAD ini tidak diterima. karena aku pikir UAD dengan farmasi berakreditas A pasti susah untuk menembusnya. karena orang seluruh Indonesia berlomba-lomba untuk masuk ke sana.

kekalutanku itu berlanjut karena pada bulan Maret akan diadakan UN dan di sekitar hari-hari UN itu diumumkan PMDK Yudisium UAD. aku juga bingung apa maksudnya yudisium itu. ah, intinya itu pengumumannya paling lama. hanya prodi farmasi saja yang menggunakan PMDK Yudisium dan menunggunya lama sekali.

aku menggantung kalender dari UAD itu tepat di depan tempat tidurku. tak ada alasan lain selain kalimat di atas. setiap aku hendak menutup mata atau baru saja membuka mata, aku selalu teringat dirinya. aku berdoa pada Allah agar tempat ini mau menerimaku.

setelah kekalutan dan penggalauan yang berkepanjangan, akhirnya hari yang ditunggu datang juga. internet di rumahku saat-saat penting dan genting seperti ini malah tak mau mendukung sama sekali. ngajak ributlah bahasa gawulnya. aku keringat dingin, dan tiba-tiba sakit perut.

di rumah nggak ada orang sama sekali. akhirnya aku memutuskan untuk pergi mencari warnet terdekat. setelah berkeliling selama setengah jam, akhirnya aku tidak berhasil menemukan warnet yang buka. ada plang besar bertuliskan "WARNET" namun ternyata hanya melayani pencucian helem saja -,-*

akhirnya aku mendapatkan warnet yang tepat dan segera membuka web UAD. dan hasilnya adalah jeng jeng . . .
AKU LOLOS PMDK Yudisium Prodi Farmasi.

oke, dan sekarang aku mulai menuliskan apa-apa yang aku inginkan saat ini :
-Lolos SNMPTN Utul UGM jurusan Farmasi
-Jadi penulis terkenal. istilahnya aku kuliah sambil menularkan hobi dan mungkin bakat menulis hohoho.
-Semoga cepat terbit calon buku-buku lainnya
-menjadi apoteker dan penulis dunia akherat
-bisa ngajak emak sama babe naik haji
-bisa jadi orang kaya yang punya banyak apotek dan rumah-rumah sehat lainnya
-menjadi blogger yang terkenal
-impian lain yang mungkin masih ada dalam imajinasiku yang akan terus berkembang pesat

-http://risaumari.blogspot.com-

Senin, 25 Juni 2012

Kerinduan yang Kian Membeku

Diposting oleh Risa Umari Y.A. di 5:17:00 PM 0 komentar

                Bukan keinginanku untuk kembali dalam perputaran waktu yang sama. Berjuta putaran jam tak mampu menghapuskan serpihan kenangan yang masih saja terpatri kuat di hatiku yang mulai layu. Mungkin takdir yang kembali menyatukan kita. Mungkin takdir yang membuat serpihan itu kembali utuh. Mungkin ini semua hanya permainan takdir.
                Pernah beberapa kali kucoba untuk membuka hati yang hampa. Kucoba memasukkan sosok pria baru dalam relung hatiku. Mencoba menggeser tahta dirimu yang masih saja menggelayuti langit hatiku. Namun mereka semua tak mampu menggeser tahtamu. Kau masih saja duduk manis dalam singgasana hatiku. Padahal telah kuusir dengan keras agar kau pergi dan tak lagi menyentuh hati ini.
                Kutuliskan di beberapa kertas di binderku bahwa aku tak akan pernah ingin bertemu denganmu, mengenalmu, mengingatmu, dan mencintaimu lagi. Kenangan lalu selalu membuatku sakit. Kenangan lalu selalu membuat kepalaku nyeri dan pipiku kembali basah.
                Namun waktu mampu hapus semua duka itu. Saat kau kembali menyapa hati ini –yang masih tak bisa mengusirmu- dengan sapaan yang sangat lama kuinginkan. Kau kembali menyentuh lembut perasaanku. Kau kembali mencuri hatiku. Aku merasa aku telah mengkhianati diriku sendiri. Bahwasannya aku pernah berjanji untuk tak lagi pernah membuka hatiku untuk kembali menerimamu.    
Aku ingin segera bertemu denganmu. Berbagi duka di  bahu hangatmu. Dan bersandar di dadamu yang bidang. Aku ingin kita kembali bersama merajut mimpi di atas senja. Agar saat segerombolan burung melintas, ia dapat membawa mimpi-mimpi kita terbang melintasi nirwana. Aku ingin kau selalu bersamaku, di sampingku, memelukku erat, hingga mentari kembali menyengat tubuhku yang beku.
                Tapi waktu begitu cepat menutup kemesraan ini. Hatiku yang sempat mencair kini kembali dingin. Aku menitikkan air mata. Kau dengan pasti melangkahkan kaki beratmu menjauhiku.
                “Sayang, tenanglah! Aku akan kembali,” katamu sambil mencium keningku.
                “Percayalah setiap depa yang memisahkan kita, setiap detik yang menjadi halangan bagi kita, itu memiliki makna bahwa cintaku untukmu sebesar seratus kali dari itu semua. Aku begitu menyayangimu. Yakinlah aku akan kembali untukmu. Bersabarlah di sini untuk selalu setia menungguku.”
                Aku tak percaya. Pria berkulit eksotis ini kini benar-benar meninggalkanku dalam keheningan malam. Mendung mala mini mendukung air mataku yang sedari tadi mengucur deras. Aku kembali merasakan sepi. Sepi yang dulu sempat kurasakan ketika harus berpisah juga dengannya.
                Dia kembali memelukku. Erat. Sangat erat. Desahan nafasnya membuatku sedikit tenang. Jariku mencakar punggungnya erat. Menahan kepedihan dan rasa rindu yang belum terbalaskan utuh. Jariku kaku.
                Dia berbalik. Meninggalkanku yang masih saja terpaku dengan kepergiannya. Kutatap punggungnya yang semakin menjauh. Jauh. Jauh. Dan hilang. Pergilah untuk meraih apa yang kau citakan dan merengkuh takdirmu. Aku akan menunggumu di sini. Aku tak akan pernah beranjak dari tempat penantian ini. Kembalilah dengan pengharapan yang tak pernah putus. Karena tak ada alasan bagiku untuk terus mencintaimu. Apalagi untuk meninggalkanmu sendiri dengan sejuta harap.

Yogyakarta, 17 Juni 2012
Risa Umari Yuli Aliviyanti – dalam kerinduan yang kian membeku

 

Secangkir Capuccinno Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea