Selamat
malam kamu bintang dan rembulan malamku. Bukan. Bukan kamu dan dia. Cukup kamu
saja. Kamu sekarang. Yah bukan kuanggap sebagai dua orang bulan dan bintang
itu. Tapi entahlah aku seperti melihat semburat kedua itu dalam senyummu.
Tau kan
kenapa alasanku mengibaratkan senyummu sebagai bulan dan bintang? Bukan hanya
keindahan yang terpancar. Tapi karena cahaya yang tersimpan. Karena pancaran
dari dalamnya. Ah, sebegitu besarkah aku mengagumimu?
Kuingat
saat itu aku merasa sedikit patah semangat. Tak tahu apakah yang harus dan akan
aku lakukan setelah ini. Tapi saat semangat itu mulai padam dan hati kian
dingin, senyummu itu loh. Ya senyum khasmu yang sambil menggurat kesan istimewa
itu. Lirikan matamu yang pelan namun tajam.
Kita bersitatap
dalam jarak beberapa meter. Namun dapat kulihat jelas senyum itu. Aduh aku jadi
salah tingkah.
Aku selalu
saja berharap agar waktu itu berhenti. Saat kita berhadapan dalam sebuah
keadaan yang sangat tenang dan sejuk. Angina membelai lembut penuh harap dalam
bisikan mimpi kita. Dalam deretan doa yang terlintas di otak kita.
Terimakasih
kamu. Senyummu dapat memberikan arti hidupku.
http://risaumari.blogspot.com