Sabtu, 09 April 2011

Bunga Bakung

by : Risa Umari Y.A. at 8:17:00 PM
Seorang anak sambil menangis kembali ke rumah. Ia menangis semakin
keras ketika bertemu ibunya. Ia merasa segala usahanya tidak dihiraukan
baik oleh guru maupun teman-teman kelasnya. Ia telah berusaha, namun
seakan-akan

usahanya tidak layak dihargai. Ia menjadi benci akan teman-temannya.
Ia menjengkeli gurunya. Setelah mendengar keluhan anaknya, sang ibu bertanya: 'Pernahkan
engkau memperhatikan kembang bakung milik tetangga di lorong jalan ke rumah kita?'
Anak itu menggelengkan kepala. 'Bakung itu berkembang setiap pagi, dan di akhir hari kembang bakung
tersebut akan layu dan mati. Namun sebelum mati, ia telah memberikan
yang terbaik, ia telah memancarkan keindahannya.' Anak itu berhenti
menangis dan mendengarkan dengan penuh hati. 'Setiap hari ia memberikan keindahan yang sama. Setiap hari ia
memberikan keharuman yang sama walau kadang tak dihiraukan orang.
Keindahannya tak pernah berkurang karena engkau tak pernah memperhatikannya.
Ia tidak pernah bersedih bila tak diperhatikan orang, karena ia tahu bahwa dalam
hidupnya ia cuman punya satu misi yakni memberikan keindahan.
Anak itu pun memahami maksud ibunya. *** Sahabat,,,mungkin tidak gampang untuk menunjukkan "keindahan" kita dikala sesuatu
yang berada di sekitar kita adalah kebalikannya. Namun, bukankan Tuhan Maha
Menyayangi sehingga kasih-Nya masih dapat terpancar di dunia ini walau kini penuh
dengan kesesakan, keputusasaan, kerusakan,,, Dan Tuhan pun mencipta manusia dengan segala kekhasan sifat, sungguh sesuatu
yang sia-sia jika selama hidup kita tak pernah memberikan "keindahan" layaknya
bunga bakung itu. Sahabat, tetaplah "INDAH" walau dunia tak lagi ramah,,, Sahabat, tetaplah "BERMANFAAT" bagi siapapun, karena dengan siapa lagi kita
hidup di Dunia.... Sahabat, tetaplah tersenyum,,,,,,,,,,,,,,,,,,, SALAM MOTIVASI.


http://www.facebook.com/profile.php?id=1300039034#!/profile.php?id=1300039034&sk=notes

0 komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 09 April 2011

Bunga Bakung

Diposting oleh Risa Umari Y.A. di 8:17:00 PM
Seorang anak sambil menangis kembali ke rumah. Ia menangis semakin
keras ketika bertemu ibunya. Ia merasa segala usahanya tidak dihiraukan
baik oleh guru maupun teman-teman kelasnya. Ia telah berusaha, namun
seakan-akan

usahanya tidak layak dihargai. Ia menjadi benci akan teman-temannya.
Ia menjengkeli gurunya. Setelah mendengar keluhan anaknya, sang ibu bertanya: 'Pernahkan
engkau memperhatikan kembang bakung milik tetangga di lorong jalan ke rumah kita?'
Anak itu menggelengkan kepala. 'Bakung itu berkembang setiap pagi, dan di akhir hari kembang bakung
tersebut akan layu dan mati. Namun sebelum mati, ia telah memberikan
yang terbaik, ia telah memancarkan keindahannya.' Anak itu berhenti
menangis dan mendengarkan dengan penuh hati. 'Setiap hari ia memberikan keindahan yang sama. Setiap hari ia
memberikan keharuman yang sama walau kadang tak dihiraukan orang.
Keindahannya tak pernah berkurang karena engkau tak pernah memperhatikannya.
Ia tidak pernah bersedih bila tak diperhatikan orang, karena ia tahu bahwa dalam
hidupnya ia cuman punya satu misi yakni memberikan keindahan.
Anak itu pun memahami maksud ibunya. *** Sahabat,,,mungkin tidak gampang untuk menunjukkan "keindahan" kita dikala sesuatu
yang berada di sekitar kita adalah kebalikannya. Namun, bukankan Tuhan Maha
Menyayangi sehingga kasih-Nya masih dapat terpancar di dunia ini walau kini penuh
dengan kesesakan, keputusasaan, kerusakan,,, Dan Tuhan pun mencipta manusia dengan segala kekhasan sifat, sungguh sesuatu
yang sia-sia jika selama hidup kita tak pernah memberikan "keindahan" layaknya
bunga bakung itu. Sahabat, tetaplah "INDAH" walau dunia tak lagi ramah,,, Sahabat, tetaplah "BERMANFAAT" bagi siapapun, karena dengan siapa lagi kita
hidup di Dunia.... Sahabat, tetaplah tersenyum,,,,,,,,,,,,,,,,,,, SALAM MOTIVASI.


http://www.facebook.com/profile.php?id=1300039034#!/profile.php?id=1300039034&sk=notes

0 komentar on "Bunga Bakung"

Posting Komentar


 

Secangkir Capuccinno Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea