Selasa, 23 Oktober 2012

Tuhan, Haruskah Aku Menyerah?

by : Risa Umari Y.A. at 11:54:00 PM
Tuhan, maaf. untuk kesekian kalinya aku menangis.
di hadapanmu, dengan mata sembab, pipi merah merekah, dan senyum kecut yang terkulum.
sesak rasanya yang kurasakan. entahlah, Tuhan.

saat aku mulai belajar akan satu hal baru,
tidak bolehkah aku salah?
tidak bolehkah aku keliru?

mungkin HANYA lewat kesalahan yang terlewat penuh pilu ini
aku mengerti apa itu hidup
aku paham akan alur kehidupan yang nyeri

setelah kesulitan pasti akan ada kemudahan
ya, setelah kesulitan pasti akan ada kemudahan

ingin rasanya aku terbang, melintasi jutaan rangkap reaksi
namun aku tetaplah kovalen.

tetap setia pada pasangan awalnya
bukan seperti ion yang jika bertemu dengan yang lebih kuat akan pergi
mendekat, berikatan, dan meninggalkan yang lemah

atau, aku keduanya. entahlah...

Tuhan, aku ingin bertemu hujan
menangis bersamanya
ingin membawa rindu yang penuh duka ini bersamanya
dalam kemilau Sungai Piedra
agar ia tahu, bahwa air mataku itu kaku, keras, dan jika
menghujam akan sakit sekali.

Tuhan, bolehkah aku menyerah? mungkin saat ini aku dapat berkata demikian?
namun aku akan tetap menjaganya
menjadi kovalen
kovale yang bereaksi dalam segala jenis dan keadaan mod



http://risaumari.blogspot.com
Yk, 16 Oktober 2012
Ya Allah, aku tak mau menyerah!!!

0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 23 Oktober 2012

Tuhan, Haruskah Aku Menyerah?

Diposting oleh Risa Umari Y.A. di 11:54:00 PM
Tuhan, maaf. untuk kesekian kalinya aku menangis.
di hadapanmu, dengan mata sembab, pipi merah merekah, dan senyum kecut yang terkulum.
sesak rasanya yang kurasakan. entahlah, Tuhan.

saat aku mulai belajar akan satu hal baru,
tidak bolehkah aku salah?
tidak bolehkah aku keliru?

mungkin HANYA lewat kesalahan yang terlewat penuh pilu ini
aku mengerti apa itu hidup
aku paham akan alur kehidupan yang nyeri

setelah kesulitan pasti akan ada kemudahan
ya, setelah kesulitan pasti akan ada kemudahan

ingin rasanya aku terbang, melintasi jutaan rangkap reaksi
namun aku tetaplah kovalen.

tetap setia pada pasangan awalnya
bukan seperti ion yang jika bertemu dengan yang lebih kuat akan pergi
mendekat, berikatan, dan meninggalkan yang lemah

atau, aku keduanya. entahlah...

Tuhan, aku ingin bertemu hujan
menangis bersamanya
ingin membawa rindu yang penuh duka ini bersamanya
dalam kemilau Sungai Piedra
agar ia tahu, bahwa air mataku itu kaku, keras, dan jika
menghujam akan sakit sekali.

Tuhan, bolehkah aku menyerah? mungkin saat ini aku dapat berkata demikian?
namun aku akan tetap menjaganya
menjadi kovalen
kovale yang bereaksi dalam segala jenis dan keadaan mod



http://risaumari.blogspot.com
Yk, 16 Oktober 2012
Ya Allah, aku tak mau menyerah!!!

0 komentar on "Tuhan, Haruskah Aku Menyerah?"

Posting Komentar


 

Secangkir Capuccinno Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea