Mama, kau tahu? Hidup jauh darimu itu sangat tidak
mengenakkan. Walaupun aku makan berlaukkan daging, itu terasa pahit. Sesegar apapun
minuman yang aku teguk, tak cukup menghilangkan dahaga ini.
Mama, saat ini aku tumbuh ,mulai dewasa. Mungkin saatnya aku
harus membuat keputusan sendiri. Belajar bertahan hidup di tengah masyarakat
seorang diri. Walau sebenarnya kau tetap membimbingku dari jauh.
Mama, kau ingatkan nasihat yang pernah kau katakana padaku
dulu? Untuk belajar memasak, mencuci, dan membersihkan kamarku sendiri. Dulu aku
piker aku tak membutuhkannya. Ternyata, sekarang aku benar-benar butuh. Aku sangat
memerlukannya.
Untungnya dengan sabar kau membimbingku melakukan ini semua.
Hingga saat ini, Alhamdulillah aku mampu melakukannya. Walau tak sehebat engka,
Mama.
Mama, biasanya aku duduk bercerita denganmu. Menghabiskan waktu
senja bersama. Di teras rumah atau menonton film kesukaan kita. Berdebat bersama,
atau saling mengejek. Ah, kita layaknya sepasang sahabat.
Mama, entahlah mengapa sulit bagiku untuk tinggal jauh
darimu? Susah mungkin merubah kebiasaan ini menjadi kebiasaan baru.
Biasanya sebangun tidur kau menyambutku dengan sumringah. Menemaniku
sarapan dan mempersiapkan bekal sekolah. Kau tau kan bahwa sejak kecil aku
kurang suka jajan? Aku lebih suka membawa bekal. Walau hanya segelas air putih
dan sepotong roti. Entahlah. Sampai SMA kebiasaan itu terus melekat. Hingga saat
ini, mungkin.
Aku rindu kebersamaan itu. Aku rindu Mama. Mama juga rindu
aku, kan? Ma, doakan aku agar aku bisa pulang dengan banyak keberhasilan ya. Karena
aku butuh banyak belajar dan kerja keras lagi. Kau percaya padaku bahwa aku
mampu. Mengapa aku tak cukup percaya pada diriku sendiri? Ma, tunggu aku
kembali. Akan kugores wajahmu dengan senyum terbahagia unuk orangtua yang
pernah ada di dunia.
Rabbigghfirli Waliwalidaiya Warhamhuma Kamaa Rabbayani Saghiira.
Salam rindu dari Ica untuk Mama, Ayah, dan dedek Iput.
ah, lagi-lagi aku menangis :"")
http://risaumari.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar