Kamis, 30 Juni 2011

Basket Lovin'

by : Risa Umari Y.A. at 7:30:00 PM
Sayup-sayup kurasakan semilir angin di bawah pohon ketapang ini. Kuperhatikan buah yang tampak menguning, kemudian jatuh ke tanah. Terinjak dan terlempar oleh rombongan anak-anak yang berlarian menuju kantin sekolah. Perutku ini memang keroncongan, namun aku tak tahu mengapa aku tak ingin untuk memakan apapun. Tetap kuperhatikan lapangan yang silau itu, memandang dengan kosong.

Sepulang sekolah, aku tetap duduk di situ, menyaksikan beberapa anak yang sedang bermain bola basket. Aku hanya tertunduk lesu, terdiam sendiri di sana. Aku memperhatikan wajahku yang sudah mulai memerah, perutkupun sudah mulai pedih. Namun aku tetap di sana, menanti seseorang yang mungkin hanya dalam bayangan semuku.

Telah lama aku memikirkan dan mendambakan seseorang yang mau menerimaku apa adanya. Bukan mereka yang mau menerimaku ada apanya. Aku kembali terdiam dan tertunduk lesu. Rambut panjangku yang terurai kini telah menjadi kusut kemerahan, mukaku juga sudah nampak sangat lelah. Aku tak tahu apa lagi yang akan aku tunggu di sini.

Sesuatu yang dingin dan lembut memegang tanganku. Aku mengangkat daguku yang sdari tadi kutundukkan. Kulihat sesosok pria hitam manis memberikan sebotol minuman dingin padaku, dan sepotong roti. Nampaknya ia tahu bahwa aku sangat memerlukan itu. Dia duduk di sebelahku. Di sekolah ini tinggal kami berdua, aku dan cowok hitam manis itu.

Sudah sejak lama aku memperhatikannya. Bukan untuk maksud apa-apa, hanya sering melihatnya pulang sampai siang, dan sebagai penghuni tetap lapangan itu. Kami berdiam diri dalam waktu yang sangat lama. Keadaan siang yang terik itu menjadi pertemuan yang sangat dingin. Aku tak tahu apa yang akan kukatakan. Aku belum mengenalnya.

Akhirnya, aku putuskan untuk memecahkan kesunyian itu. “Makasih ya, atas minuman sama rotinya”, kataku dengan gugup. Dia hanya menyengir manis di hadapanku. Kulihat senyumnya yang membuat suasana ini kembali hening. Aku terpana dengan hal itu.

“Kamu pulang naik apa ?”, katanya dengan lembut. “Aku biasanya jalan kaki, sekalian olahraga”, kataku miris. Sebenernya bukan hanya aku mau olahraga saja, namun aku ingin berhemat, untuk menabung. Aku ingin membelikan sesuatu dengan sisa uang jajanku untuk cowok yang bisa membuat hariku berwarna.


“Ikut aku aja, sekalian kita nonton”. Aku langsung menggeleng. Aku tak mengenalnya, bagaimana aku dapat menerima permintaannya ini ? nampaknya dia kembali mengerti tentang hal ini. “kenalkan, aku Kiki, kau sering melihatku bermain basket kan ?” “Oh iya, kenalkan aku Keysa.”

“Nah kan kita sudah kenal, sekarang mau ya aku anterin pulang, sekalian kita nonton ya !” “eehh eemm anuu gimana yaaa ?” “ayok !” dia langsung menarik tanganku. Badanku memang sangat lemas, tak mampu untuk menolak cengkraman tangannya yang cukup kuat. Aku juga nggak yakin bisa pulang dengan kondisi badan yang seperti ini. Benar-benar lemes.

Dia langsung menyuruhku naik ke atas motornya. Aku mengerutkan dahi. Gimana caranya aku bisa naik ke motor setinggi ini ? sedangkan rokku ini ada di atas lutut, dan kakiku sudah berasa lecet. Terpaksa aku melepas sepatuku ini. Bergoncengan naik motor dengan Kiki sore-sore gini dengan keadaan kakiku lecet. Kiki hanya tersenyum manis, lagi-lagi.

Badanku merasa sedikit segar setelah diajak ngebut ria sama Kiki. Di jalan dia ngobrol banyak banget sama aku. Ternyata dia lucu banget. Kukira, dia pendiam. Kalau di sekolah dia diam banget.

Akhirnya kami tiba di sebuah mall. Aku turun dari motor dalam keadaan sempoyongan dan nyeker. “Key, aku masuk sebentar ya, ada urusan. Lima menit deh, ntar aku balik lagi kok !” Wah kasian banget aku, sendirian di parkiran mall, apa si Kiki ini nggak mikirin nasibku yang sangat merana ini ya ?

Beberapa menit kemudian Kiki sudah ada lagi di sampingku, dia membawakanku sebuah sandal jepit berwarna merah. Sangat manis. Aku hanya mengucapkan terima kasih, dia tak menjawab. Dia langsung membawaku ke dalam mall.

Kami naik ke lantai 3. eskalatornya lagi macet, aku terpaksa meniki tangga bersama Kiki. Sungguh sangat melelahkan. Kakiku semakin lecet dan merah, badanku sudah lemas. Aku tak tahan, aku terduduk di eskalator. Kiki menghampiriku, ia lalu meraih kedua tanganku, membangunkanku dengan lembut dari dudukku.

Dia lalu menggendongku hingga sampai ke lantai 3. ohh Kiki, kau baik sekali. Namun aku benar-benar dongkol kau buat. Badanku yang sudah lemas begini, kau ajak naik ke mall lantai 3 ? Naik motor ngebut ? Dan aku sekarang tak berdaya di punggung si Kiki. Menikmati bajunya yang penuh keringat ini ? Nonton film sama dia selama 2 jam ? Tak jadi baik bagi dirimu, Kiki !

Kiki memang selalu tau perasaanku. Dia akhirnya mengajakku (kembali) ke sebuah café yang sangat nyaman. Kami duduk di sofa yang sangat empuk. “kamu tidur aja Key, nanti kalo sudah enakan kita baru pulang.” Setelah kupastikan di sana banyak orang dan tempatnya penuh penjagaan, aku langsung tidur.

Aku terbangun tepat pukul 8 malam. Kiki sudah memesankan semangkuk sup hangat dan the hangat untukku. Café itu menyediakan layanan karaoke. Kiki mengajakku bernyanyi, namun aku langsung mengajakku pulang.

Malam itu gerimis rintik-rintik. Jalanan sudah terlihat sepi, lampu-lampu kota terbiaskan oleh rintikan hujan itu. Sangat indah. Kiki memberikan jaketnya untukku. Aku tersenyum sebagai tanda terima kasih padanya. Kemudian dia menyuruhku naik kembali ke motor gedenya. Dia menyuruh tanganku untuk merangkul pinggangnya. Aku terus menggigil. Ia memelankan laju kendaraannya.

Setiap hari kami lalui dengan berbagai warna dan mungkin kesialan yang ada. Kiki begitu baik padaku. Aku suka melihat senyum manisnya.

Suatu sore saat aku tidur sore, kudengar Mama membangunkanku dengan panik. Setelah aku beranjak dari tempat tidur, aku melihat sebuah mobil berwarna hitam. Kemudian turun sesosok cowok berambut ikal, hitam manis, kurus, tinggi, tersenyum. Siapa lagi kalau bukan Kiki.

Gue syok. Kenapa dia bisa nyengir gitu di depan rumahku ? Dari mana coba dia tahu di mana rumahku ? “Keysaa cepat mandi, itu Kiki udah nungguin dari tadi tau. Mama bangunin kamu sudah dari sejam yang lalu. Sampe Kiki mau pulang lagi tuh.”

“Hah kok Mama jadi repot gini ? Berarti selama sejam tadi Mama udah cerita-cerita sama Kiki ? Aduh, kok aku jadi pusing gini ya ? Ah bodo ah. Daripada Mama ngomel lagi, aku mandi aja.” Aku langsung mandi ala bebek. Secepat kilat, dan cringgg pakai parfum satu botol.

Setelah berpamitan sama Mama, akhirnya aku dipaksa lagi sama Kiki buat pergi sama dia. Aku duduk dengan mata masih belekan di dalam mobil. “Key, di matamu itu loh”, kata Kiki sambil nyengir nggak jelas. Aku sih biasa aja, lagian aku juga pernah ngerasain rasa ketek dan keringatnya juga.

Sampai di sebuah pameran. Dia langsung mengajakku ke sebuah panggung. Dia menyuruhku untuk berdiri di paling depan, menunggunya kembali untuk beberapa menit katanya. Dia selalu menyuruhku untuk menunggu. Pas aku mau pergi, kulihat ada sekelompok anak band yang tampil, menyanyikan sebuah lagu. Aku tak mengenali mereka. Sang vokalis memakai kacamata hitam, dan pemain musiknya tak ada yang kukenali. Begitu asing.

Terang saja aku mendambanya
Terang saja aku menantinya
Terang saja aku merindunya
Karna diaa
Karna dia, begitu indaaahh
Begitu indaaahh

Dia langsung mengajakku bernyanyi bersama, saat dia memegang tanganku, aku sudah tau itu siapa. Dari lembut dan caranya memegang tanganku. Ini pasti Kiki. Setelah dia buka kacamatanya, dia ngasih bunga mawar pink ke aku. Dia nembak aku ? Syok berat. Tanpa pikir panjang aku mengiyakan. Serasa kami berdua adalah orang paling bahagia di dunia.

Setelah dari pameran, Kiki mengajakku menikmati senja di Pantai. Dia memelukku erat sambil menatap matahari tenggelam. “Key, kamu lihat matahari kan ? Dia saat malam hilang, tapi kalo siang dia ada. Kamu jangan gitu ya, kamu harus selalu ada buat aku, baik senang maupun saat aku sedih. Aku nggak mau kehilangan kamu, Key.” “Iya Ki, aku juga sayang banget sama kamu.” Kami berdua tersenyum bersamaan, hingga malam menjelang. Kiki terus memelukku erat, seperti tak mau dipisahkan. Kiki, I love You :)

http://risaumari.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

Kamis, 30 Juni 2011

Basket Lovin'

Diposting oleh Risa Umari Y.A. di 7:30:00 PM
Sayup-sayup kurasakan semilir angin di bawah pohon ketapang ini. Kuperhatikan buah yang tampak menguning, kemudian jatuh ke tanah. Terinjak dan terlempar oleh rombongan anak-anak yang berlarian menuju kantin sekolah. Perutku ini memang keroncongan, namun aku tak tahu mengapa aku tak ingin untuk memakan apapun. Tetap kuperhatikan lapangan yang silau itu, memandang dengan kosong.

Sepulang sekolah, aku tetap duduk di situ, menyaksikan beberapa anak yang sedang bermain bola basket. Aku hanya tertunduk lesu, terdiam sendiri di sana. Aku memperhatikan wajahku yang sudah mulai memerah, perutkupun sudah mulai pedih. Namun aku tetap di sana, menanti seseorang yang mungkin hanya dalam bayangan semuku.

Telah lama aku memikirkan dan mendambakan seseorang yang mau menerimaku apa adanya. Bukan mereka yang mau menerimaku ada apanya. Aku kembali terdiam dan tertunduk lesu. Rambut panjangku yang terurai kini telah menjadi kusut kemerahan, mukaku juga sudah nampak sangat lelah. Aku tak tahu apa lagi yang akan aku tunggu di sini.

Sesuatu yang dingin dan lembut memegang tanganku. Aku mengangkat daguku yang sdari tadi kutundukkan. Kulihat sesosok pria hitam manis memberikan sebotol minuman dingin padaku, dan sepotong roti. Nampaknya ia tahu bahwa aku sangat memerlukan itu. Dia duduk di sebelahku. Di sekolah ini tinggal kami berdua, aku dan cowok hitam manis itu.

Sudah sejak lama aku memperhatikannya. Bukan untuk maksud apa-apa, hanya sering melihatnya pulang sampai siang, dan sebagai penghuni tetap lapangan itu. Kami berdiam diri dalam waktu yang sangat lama. Keadaan siang yang terik itu menjadi pertemuan yang sangat dingin. Aku tak tahu apa yang akan kukatakan. Aku belum mengenalnya.

Akhirnya, aku putuskan untuk memecahkan kesunyian itu. “Makasih ya, atas minuman sama rotinya”, kataku dengan gugup. Dia hanya menyengir manis di hadapanku. Kulihat senyumnya yang membuat suasana ini kembali hening. Aku terpana dengan hal itu.

“Kamu pulang naik apa ?”, katanya dengan lembut. “Aku biasanya jalan kaki, sekalian olahraga”, kataku miris. Sebenernya bukan hanya aku mau olahraga saja, namun aku ingin berhemat, untuk menabung. Aku ingin membelikan sesuatu dengan sisa uang jajanku untuk cowok yang bisa membuat hariku berwarna.


“Ikut aku aja, sekalian kita nonton”. Aku langsung menggeleng. Aku tak mengenalnya, bagaimana aku dapat menerima permintaannya ini ? nampaknya dia kembali mengerti tentang hal ini. “kenalkan, aku Kiki, kau sering melihatku bermain basket kan ?” “Oh iya, kenalkan aku Keysa.”

“Nah kan kita sudah kenal, sekarang mau ya aku anterin pulang, sekalian kita nonton ya !” “eehh eemm anuu gimana yaaa ?” “ayok !” dia langsung menarik tanganku. Badanku memang sangat lemas, tak mampu untuk menolak cengkraman tangannya yang cukup kuat. Aku juga nggak yakin bisa pulang dengan kondisi badan yang seperti ini. Benar-benar lemes.

Dia langsung menyuruhku naik ke atas motornya. Aku mengerutkan dahi. Gimana caranya aku bisa naik ke motor setinggi ini ? sedangkan rokku ini ada di atas lutut, dan kakiku sudah berasa lecet. Terpaksa aku melepas sepatuku ini. Bergoncengan naik motor dengan Kiki sore-sore gini dengan keadaan kakiku lecet. Kiki hanya tersenyum manis, lagi-lagi.

Badanku merasa sedikit segar setelah diajak ngebut ria sama Kiki. Di jalan dia ngobrol banyak banget sama aku. Ternyata dia lucu banget. Kukira, dia pendiam. Kalau di sekolah dia diam banget.

Akhirnya kami tiba di sebuah mall. Aku turun dari motor dalam keadaan sempoyongan dan nyeker. “Key, aku masuk sebentar ya, ada urusan. Lima menit deh, ntar aku balik lagi kok !” Wah kasian banget aku, sendirian di parkiran mall, apa si Kiki ini nggak mikirin nasibku yang sangat merana ini ya ?

Beberapa menit kemudian Kiki sudah ada lagi di sampingku, dia membawakanku sebuah sandal jepit berwarna merah. Sangat manis. Aku hanya mengucapkan terima kasih, dia tak menjawab. Dia langsung membawaku ke dalam mall.

Kami naik ke lantai 3. eskalatornya lagi macet, aku terpaksa meniki tangga bersama Kiki. Sungguh sangat melelahkan. Kakiku semakin lecet dan merah, badanku sudah lemas. Aku tak tahan, aku terduduk di eskalator. Kiki menghampiriku, ia lalu meraih kedua tanganku, membangunkanku dengan lembut dari dudukku.

Dia lalu menggendongku hingga sampai ke lantai 3. ohh Kiki, kau baik sekali. Namun aku benar-benar dongkol kau buat. Badanku yang sudah lemas begini, kau ajak naik ke mall lantai 3 ? Naik motor ngebut ? Dan aku sekarang tak berdaya di punggung si Kiki. Menikmati bajunya yang penuh keringat ini ? Nonton film sama dia selama 2 jam ? Tak jadi baik bagi dirimu, Kiki !

Kiki memang selalu tau perasaanku. Dia akhirnya mengajakku (kembali) ke sebuah café yang sangat nyaman. Kami duduk di sofa yang sangat empuk. “kamu tidur aja Key, nanti kalo sudah enakan kita baru pulang.” Setelah kupastikan di sana banyak orang dan tempatnya penuh penjagaan, aku langsung tidur.

Aku terbangun tepat pukul 8 malam. Kiki sudah memesankan semangkuk sup hangat dan the hangat untukku. Café itu menyediakan layanan karaoke. Kiki mengajakku bernyanyi, namun aku langsung mengajakku pulang.

Malam itu gerimis rintik-rintik. Jalanan sudah terlihat sepi, lampu-lampu kota terbiaskan oleh rintikan hujan itu. Sangat indah. Kiki memberikan jaketnya untukku. Aku tersenyum sebagai tanda terima kasih padanya. Kemudian dia menyuruhku naik kembali ke motor gedenya. Dia menyuruh tanganku untuk merangkul pinggangnya. Aku terus menggigil. Ia memelankan laju kendaraannya.

Setiap hari kami lalui dengan berbagai warna dan mungkin kesialan yang ada. Kiki begitu baik padaku. Aku suka melihat senyum manisnya.

Suatu sore saat aku tidur sore, kudengar Mama membangunkanku dengan panik. Setelah aku beranjak dari tempat tidur, aku melihat sebuah mobil berwarna hitam. Kemudian turun sesosok cowok berambut ikal, hitam manis, kurus, tinggi, tersenyum. Siapa lagi kalau bukan Kiki.

Gue syok. Kenapa dia bisa nyengir gitu di depan rumahku ? Dari mana coba dia tahu di mana rumahku ? “Keysaa cepat mandi, itu Kiki udah nungguin dari tadi tau. Mama bangunin kamu sudah dari sejam yang lalu. Sampe Kiki mau pulang lagi tuh.”

“Hah kok Mama jadi repot gini ? Berarti selama sejam tadi Mama udah cerita-cerita sama Kiki ? Aduh, kok aku jadi pusing gini ya ? Ah bodo ah. Daripada Mama ngomel lagi, aku mandi aja.” Aku langsung mandi ala bebek. Secepat kilat, dan cringgg pakai parfum satu botol.

Setelah berpamitan sama Mama, akhirnya aku dipaksa lagi sama Kiki buat pergi sama dia. Aku duduk dengan mata masih belekan di dalam mobil. “Key, di matamu itu loh”, kata Kiki sambil nyengir nggak jelas. Aku sih biasa aja, lagian aku juga pernah ngerasain rasa ketek dan keringatnya juga.

Sampai di sebuah pameran. Dia langsung mengajakku ke sebuah panggung. Dia menyuruhku untuk berdiri di paling depan, menunggunya kembali untuk beberapa menit katanya. Dia selalu menyuruhku untuk menunggu. Pas aku mau pergi, kulihat ada sekelompok anak band yang tampil, menyanyikan sebuah lagu. Aku tak mengenali mereka. Sang vokalis memakai kacamata hitam, dan pemain musiknya tak ada yang kukenali. Begitu asing.

Terang saja aku mendambanya
Terang saja aku menantinya
Terang saja aku merindunya
Karna diaa
Karna dia, begitu indaaahh
Begitu indaaahh

Dia langsung mengajakku bernyanyi bersama, saat dia memegang tanganku, aku sudah tau itu siapa. Dari lembut dan caranya memegang tanganku. Ini pasti Kiki. Setelah dia buka kacamatanya, dia ngasih bunga mawar pink ke aku. Dia nembak aku ? Syok berat. Tanpa pikir panjang aku mengiyakan. Serasa kami berdua adalah orang paling bahagia di dunia.

Setelah dari pameran, Kiki mengajakku menikmati senja di Pantai. Dia memelukku erat sambil menatap matahari tenggelam. “Key, kamu lihat matahari kan ? Dia saat malam hilang, tapi kalo siang dia ada. Kamu jangan gitu ya, kamu harus selalu ada buat aku, baik senang maupun saat aku sedih. Aku nggak mau kehilangan kamu, Key.” “Iya Ki, aku juga sayang banget sama kamu.” Kami berdua tersenyum bersamaan, hingga malam menjelang. Kiki terus memelukku erat, seperti tak mau dipisahkan. Kiki, I love You :)

http://risaumari.blogspot.com

0 komentar on "Basket Lovin'"

Posting Komentar


 

Secangkir Capuccinno Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea