Selasa, 06 September 2011

GaJe

by : Risa Umari Y.A. at 4:24:00 PM
ini adalah cerpen gue saat gue nggak terlalu mood, jadinya sedikit GaJe dan nggak selesai :.)           
    Perempuan yang tak memiliki keturunan dianggap sebagai perempuan yang hina. Karena, bagaimanapun kecantikan dan kekayaannya itu tak akan membuatnya terlihat istimewa. Ia selalu dipandang keji dan hina. Laki-laki menganggapnya sebagai musuh. Karena dengan tidak adanya keturunan, ini berarti tak ada yang mengabadikan diri mereka sendiri.
                Begitulah kehidupan di keluargaku. Aku terlahir sebagai seorang anak perempuan yang dianggap Ayah lemah dan tak mampu meneruskan takhta kekayaannya. Ayah begitu mengharapkan seorang anak laki-laki. Aku tak dianggap sebagai anaknya. Aku menjadi sebuah burung kecil yang dibuat bisu diantara hutan makanan. Ah begitu menyedihkan.
                Setelah lama Ayah dan Ibu terbelenggu dalam pengharapan yang begitu besar, kini Ibu telah terbaring dan berjuang untuk kehidupannya dan juga kehidupan calon adikku. Beribu-ribu hari Ibu menunggu dan mempersiapkan segalanya tentang hari ini. Sebelum matahari menyapa Ibu, tangisan bayi itu telah terlebih dahulu menyapa Ibu. Ibu tersenyum bahagia.
                Ayah yang telah lama sangat menginginkan seorang anak laki-laki untuk menjadi penerusnya, kini mendapatkan keinginannya itu. Ayah memberitahukan saat pagi buta itu juga kepada semua rekan kerjanya. Kulihat Ayah sedang melaksanakan pesta minum tuak bersama. Sedangkan Ibu ? tersenyum bahagia melihat adik laki-lakiku yang baru saja menghirup udara dunia. Dia begitu menikmati udara kebebasan dunia. Namun, apakah dia tahu bahwa dunia tak seindah yang ia bayangkan. Dunia itu kejam, menyakitkan, membuatmu menangis, terluka, dan berpeluh keringat. Tapi aku mencoba menjelaskan padanya bahwa hidup itu sangat indah. Lebih indah dari pelangi yang muncul sesudah tetesan air kehidupan turun. Lebih indah daripada pantulan senja di Sungai Sekonyer itu.
                Aku tahu dia pasti tak mengetahui apa yang aku fikir dan katakan. Aku belum melihat matanya terbuka. Diapun hanya sekali menangis. Mungkin dia kembali tertidur. Dia kelelahan karena dia masih ingin merasakan kehangatan di dalam rahim Ibu. Sedangkan begitu dia dilahirkan ? Ayah sudah membuat suasana menjadi sedikit liar. Ayah terlalu bergembira pada pesta kelahiran adikku ini. Jujur saja, Ayah tak ada melihat bayi laki-laki yang baru dilahirkannya itu. Ayah hanya tahu bahwa adik laki-lakinya itu telah lahir dari dokter.
                Saat matahari mulai keluar dari persembunyiannya, adikku membuka matanya. “Ah, begitu tampannya dia”, gumamku. Tak lama aku melihat ketampanan dan kewibawaannya sebagai calon penerus kekayaan Ayah, matanya kembali tertutup. “


http://risaumari.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 06 September 2011

GaJe

Diposting oleh Risa Umari Y.A. di 4:24:00 PM
ini adalah cerpen gue saat gue nggak terlalu mood, jadinya sedikit GaJe dan nggak selesai :.)           
    Perempuan yang tak memiliki keturunan dianggap sebagai perempuan yang hina. Karena, bagaimanapun kecantikan dan kekayaannya itu tak akan membuatnya terlihat istimewa. Ia selalu dipandang keji dan hina. Laki-laki menganggapnya sebagai musuh. Karena dengan tidak adanya keturunan, ini berarti tak ada yang mengabadikan diri mereka sendiri.
                Begitulah kehidupan di keluargaku. Aku terlahir sebagai seorang anak perempuan yang dianggap Ayah lemah dan tak mampu meneruskan takhta kekayaannya. Ayah begitu mengharapkan seorang anak laki-laki. Aku tak dianggap sebagai anaknya. Aku menjadi sebuah burung kecil yang dibuat bisu diantara hutan makanan. Ah begitu menyedihkan.
                Setelah lama Ayah dan Ibu terbelenggu dalam pengharapan yang begitu besar, kini Ibu telah terbaring dan berjuang untuk kehidupannya dan juga kehidupan calon adikku. Beribu-ribu hari Ibu menunggu dan mempersiapkan segalanya tentang hari ini. Sebelum matahari menyapa Ibu, tangisan bayi itu telah terlebih dahulu menyapa Ibu. Ibu tersenyum bahagia.
                Ayah yang telah lama sangat menginginkan seorang anak laki-laki untuk menjadi penerusnya, kini mendapatkan keinginannya itu. Ayah memberitahukan saat pagi buta itu juga kepada semua rekan kerjanya. Kulihat Ayah sedang melaksanakan pesta minum tuak bersama. Sedangkan Ibu ? tersenyum bahagia melihat adik laki-lakiku yang baru saja menghirup udara dunia. Dia begitu menikmati udara kebebasan dunia. Namun, apakah dia tahu bahwa dunia tak seindah yang ia bayangkan. Dunia itu kejam, menyakitkan, membuatmu menangis, terluka, dan berpeluh keringat. Tapi aku mencoba menjelaskan padanya bahwa hidup itu sangat indah. Lebih indah dari pelangi yang muncul sesudah tetesan air kehidupan turun. Lebih indah daripada pantulan senja di Sungai Sekonyer itu.
                Aku tahu dia pasti tak mengetahui apa yang aku fikir dan katakan. Aku belum melihat matanya terbuka. Diapun hanya sekali menangis. Mungkin dia kembali tertidur. Dia kelelahan karena dia masih ingin merasakan kehangatan di dalam rahim Ibu. Sedangkan begitu dia dilahirkan ? Ayah sudah membuat suasana menjadi sedikit liar. Ayah terlalu bergembira pada pesta kelahiran adikku ini. Jujur saja, Ayah tak ada melihat bayi laki-laki yang baru dilahirkannya itu. Ayah hanya tahu bahwa adik laki-lakinya itu telah lahir dari dokter.
                Saat matahari mulai keluar dari persembunyiannya, adikku membuka matanya. “Ah, begitu tampannya dia”, gumamku. Tak lama aku melihat ketampanan dan kewibawaannya sebagai calon penerus kekayaan Ayah, matanya kembali tertutup. “


http://risaumari.blogspot.com

0 komentar on "GaJe"

Posting Komentar


 

Secangkir Capuccinno Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea